Terdampak Perubahan Iklim, Durian Tidak Berbuah Maksimal

Share

Nukilan.id – Durian merupakan buah yang sangat disukai sebagian besar masyarakat Indonesia. Julukannya adalah rajanya buah (king of fruit). Tanaman ini sensitif terhadap perubahan iklim alias perubahan cuaca tak menentu.

Syamsir Alamsyah, petani dari Kapahiang, Bengkulu, menuturkan sudah dua tahun terakhir pohon durian di kebunnya tidak berbuah maksimal.

“Setiap musim berbunga selalu berbarengan dengan musim hujan. Bunga dan buahnya banyak yang jatuh,” kata Syamsir kepada Mongabay Indonesia, pekan lalu.

Gunggung Senoaji, Dosen Kehutanan Universitas Bengkulu [UNIB] menjelaskan, interaksi antara iklim sebagai faktor lingkungan dengan faktor genetik tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman.

“Iklim harus menjadi acuan budidaya tanaman,” kata Gunggung, pekan lalu.

Peningkatan suhu yang terjadi pada daerah tropis, akan mempengaruhi produktivitas tanaman, penyebaran hama, serta penyakit tanaman dan manusia.

“Perubahan ini memberikan dampak serius terhadap sektor pertanian.”

Menurut Gunggung perubahan iklim yang terjadi di Indonesia pada umumnya dengan perubahan temperatur harian rata-rata, pola curah hujan, tinggi muka laut dan variabilitas iklim, misalnya El Nino dan La Nina.

“Peningkatan suhu memberikan kecenderungan daerah kering akan semakin kering dan daerah basah akan semakin basah, sehingga kelestarian sumber daya air terganggu.”

Gunggung mengatakan, solusi bertanam durian supaya maksimal dan bisa dimanfaatkan sebagai mitigasi iklim, yaitu dengan pola agroforestri.

Agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang berfungsi produktif dan protektif (mempertahankan keanekaragaman hayati, ekosistem sehat, konservasi air dan tanah), sehingga menjadi sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

“Agroforestri itu sistem dan teknologi penggunaan lahan. Pohon berumur panjang dan tanaman berumur pendek ditanam pada petak lahan yang sama,” lanjutnya.

Sistem agroforestri sederhana dapat dilakukan, yaitu pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.

“Jenis pohon yang ditanam juga beragam, misalnya kelapa, cengkih, jati, yang bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan tanaman musiman itu seperti padi, jagung, kedelai, ubi kayu, sayur-mayur.”

Enny Insusanty, M. Ikhwan, dan Emy Sadjati peneliti dari Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru, menjelaskan bahwa agroforestri memiliki kemampuan dalam mitigasi iklim melalui penyerapan karbon.

“Dengan kondisi tegakan agroforestri yang menyerupai hutan skunder, memiliki kemampuan menyerap karbon yang cukup besar,” tulis mereka.

Mereka menuliskan, model agroforestri dari tumbuhan karet, gaharu, dan durian memiliki biomassa 135,35 ton/ha dan potensi karbon 62,26 C ton/ha. Sedangkan model karet dan durian memiliki biomassa 82,14 ton/ha dan karbon 37,78 ton/ha. Biomassa model karet dan gaharu adalah 93,70 ton/ha dengan potensi karbon 43,10 ton/ha.

Sensitif Terhadap Iklim

Dari penelitian Endang Ariyanti, Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, berjudul “Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Buah Durian [Durio zibethinus] Pada Sistem Agroforestri di Desa Pappada, Kecamatan Anreapi, Polewali Mandar” diketahui durian merupakan tumbuhan liar pada hutan belantara beriklim tropis.

Durian adalah jenis tanaman yang produksi buahnya sangat bergantung pada kondisi iklim. Daerah yang curah hujannya tinggi, terutama pada periode pembungaan, sering menyebabkan bunga atau buahnya gugur. Sebaliknya, musim kering lebih dari 3 bulan, selain menyebabkan bunga dan buahnya rontok, juga memperlambat musim pembungaan, terutama bila musim kemarau panjang.

Pembudidayakan tanaman ini akan optimal di daerah rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Curah hujan maksimum 3.500 mm/tahun dan minimal 1.500 mm/tahun. Namun, curah hujan yang cocok antara 1.500-2.500 mm per tahun.

“Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80 persen,” tulis Endang.

Dia menjelaskan, durian termasuk tanaman yang membutuhkan naungan saat masih kecil, karena tidak tahan terik matahari di musim kemarau. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30°C. pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C, besar kemungkinan daun akan terbakar.

“Pertumbuhan bunga dan buah durian cocok pada daerah bertipe iklim 9-12 bulan basah dengan 0-2 bulan kering.”

Pohon durian dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada jenis tanah latosol, podsolik merah-kuning, dan andosol.

“Untuk menanam durian, hal penting yang diperhatikan adalah suplai airnya cukup.”

Selain itu, harus terhindar dari banjir dan air menggenang, aerasi dan drainase baik, serta pH tanahnya antara 5,5-6,5.

“Tanahnya subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik,” paparnya.

Durian merupakan kelompok tumbuhan biji, batang pohonnya keras dan berkayu. Nama durian diberikan dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk tajam, menyerupai duri.

Durian bukanlah spesies tunggal, tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio. Namun, yang dimaksud durian adalah Durio zibethinus.

Mengutip klik dokter, buah durian dengan bau menyengat ini, nyatanya memiliki manfaat penting bagi kesehatan tubuh kita. Durian memiliki kandungan gizi melimpah seperti Vitamin B, C, zat besi, potassium, senyawa nabati, lemak sehat, dan serat.

“Kadar serat yang tinggi membantu melancarkan pergerakan usus. Durian dapat dijadikan solusi mengatasi sembelit. Buah durian juga mengandung banyak antioksidan yang berperan melawan radikal bebas. Sel-sel tubuh kita akan terhindar dari kerusakan, sehingga bisa membuat kita awet muda,” tulis laporan tersebut. [mongabay]

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News