Nukilan.id – 17 tahun lalu bertepatan pada 26 desember tahun 2004 saat dunia berbondong-bondong membantu Aceh bangkit dari trauma pasca tsunami. Founder Blood For Life foundation (BFLF) berfikir bagaimana cara Aceh untuk membalas jasa para relawan.
Direktur BFLF Indonesia, Michael Octaviano paham bahwa untuk membalas jasa itu dengan cara bangkit dan terus bertahan setelah bantuan berakhir. Salah satu cara untuk membalas jasa itu adalah dengan mendirikan lembaga sosial non profit yang bergerak di bidang donor darah hingga menyediakan rumah singgah bagi pasien penyintas penyakit kanker, thalasemia, jantung dan penyakit kronis tidak menular lainnya yang berobat ke rumah sakit umum Zainoel Abidin.
Saban tahun setiap 26 Desember bertepatan pada ulang tahun tsunami BFLF juga memperingati hari ia dilahirkan. organisasi kemanusiaan yang telah melahirkan puluhan cabang di seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke ini tidak hanya menjadi penyambung antara pendonor dan pasien namun adanya BFLF juga membentuk enam program rumah singgah syariah yang didalamnya telah menampung ribuan pasien.
“Alhamdulillah tepat tanggal 26 desember 2021 BFLF Indonesia sudah 11 tahun. Allah beri kemudahan untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan pertolongan,” ungkap Michael.
BFLF hadir dan memfasilitasi mulai dari antar jemput pasien gratis dengan ambulance, menyediakan rumah singgah untuk masyarakat yang berobat jalan ke rumah sakit secara gratis, membantu masyarakat yang membutuhkan kaki palsu, membantu masyarakat yang kurang mampu dan banyak lainnya
“Muasal dibentuknya BFLF bermula saat Galang darah itu dimulai, ketika seorang tetangga saya di LamGugop pada 2010 meninggal dunia, karena tak mendapatkan darah. Saya pikir, galang darah dari masyarakat untuk masyarakat bisa membantu Aceh bangkit,” kisah sosok icon prestasi Pancasila Republik Indonesia itu,” jelas Michael.
Saat dirinya bekerja sebagai sebagai Kasubbag Umum dan Kepegawaian di Bappeda Aceh, Bapak tiga anak ini mengajak sekitar 100 pegawai di bawahnya. Hampir seluruh pegawai Bappeda Aceh yang berjumlah 250 orang, ikut kegiatan kemanusiaan.
“Setelah dua tiga kali kegiatan itu berlangsung, kemudian tercetus ide, mengapa kami tidak mbentuk lembaga saja, agar geraknya lebih bebas dan menyeluruh,” kisah Michael.
Pada peringatan tsunami, 26 Desember tahun 2010 lahirlah Blood For Life Foundation atau BFLF lembaga yang murni lahir dari masyarakat Aceh, dengan cita-cita dari Aceh untuk dunia.
“BFLF dipilih dalam bahasa inggris, agar bisa go internasional. Kami berharap, ketika tsunami, Aceh banyak dibantu oleh provinsi bahkan negara luar, kedepannya ada sebuah lembaga dari Aceh yang bisa membantu seluruh lembaga di Indonesia dan membantu bencana di seluruh dunia,” harap Michael.
Michael juga berharap kebaikan ini bisa disiarkan mengingat dulunya seluruh dunia membantu Aceh.
Sebagai bangsa yang bermartabat kata Michael, kebaikan harus dibalas dengan kebaikan dan dengan adanya BFLF menjadi wadah bagi Aceh untuk membalas kebaikan. Ia berharap semoga semangat kerelawanan yang tepat pada peringatan 17 tahun tsunami tetap tumbuh di kehidupan masyarakat, saling peduli saling membantu menjadi awal bagi kebangkitan Aceh.
“Dukungan semua pihak tentu dibutuhkan untuk berkolaborasi, tahun selanjutnya di 2022 BFLF akan menjalin kerjasama dengan elemen masyarakat khususnya pemuda, pemerintah dan stakeholder untuk menjalankan program yang dibentuk oleh BFLF mendukung program kemanusiaan pemerintahan sehingga membutuhkan dukungan berbagai pihak,” pungkasnya. []