Tim Survei SLB Bappeda Aceh Kunjungi Sabang

Share

Nukilan.id – Berawal dari kunjungan kerja Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Aceh (Bappeda Aceh), H.T Ahmad Dadek, SH,MH ke Kota Sabang menyempatkan mengunjungi SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri 1 dan 2 Kota Sabang.

Hasil kunjungan tersebut ditemukan permasalahan signifikan yang dapat menjadi hambatan dalam penyelenggaraan Pendidikan yang berkualitas di SLB sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Selanjutnya, Bappeda Aceh membentuk 5 Tim Survei SLB yang didampingi Dinas Pendidikan Aceh (Disdik) dan Majelis Pendidikan Aceh (MPA) untuk mengidentifikasi berbagai permasalah pada seluruh SLB Negeri di Kabupaten/Kota di Aceh.

Ahmad Dadek berharap, pada tahun 2025 setiap Kabupaten/Kota telah memiliki SLB sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan berkualitas.

Menurutnya, setiap kabupaten/Kota para penyandang disabilitas harus mendapat pelayanan Pendidikan yang berkualitas.

“Mereka harus bisa mandiri dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan demi masa depan yang lebih baik,” kata Ahmad Dadek dalam keteranganya kepada Nukilan.id, Senin (18/10/2021).

Tim Survei Bappeda Aceh saat melakukan pertemuan dengan kepala sekolah dan para guru/ tenaga pendidik di SLB Kota Sabang. (Foto: Ist)

Sementara itu, Tim I Survei SLB diketuai, Dr. Sufirmansyah, SE, M.Si dan didampingi Koordinator Observasi, Dihafana, SE, Ak, Ilham dari Didik Aceh dan Fakhrurrazi dari perwakilan MPA berkunjung ke SLB Negeri I dan SLB Negeri 2 Kota Sabang.

Kedatangan Tim Survey disambut baik oleh Kepala Sekolah, Para Guru dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Apresiasi kepada Bappeda Aceh yang telah membentuk Tim Survei untuk mengetahui kondisi dan permasalahan di SLB, begitu ungkap Ketua Tim Survei II, Zulfikar, SSTP, M.Si.

Dalam kunjungan tersebut, Tim Survei berdiskusi dengan Kepala Sekolah (Kepsek) dan para Guru serta hadir juga Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Pendidikan Kota Sabang.

Dari hasil survei itu, Tim Bappeda Aceh masih menemukan permasalahan terkait sarana dan prasarana yang didesain belum responsif untuk ABK, alat peraga/perlengkapan ABK dan juga Tenaga Pendidik (Tendik).

Ketua Tim Survei, Dr Sufirmansyah, SE, M.Si mengetakan bahwa, konsekwensi logis dari kondisi ini menjadi tantangan keberlangsungan penyelenggaraan Pendidikan SLB yang berkualitas di Aceh.

“Sebba itu, kita dari tim survei berharap mampu mengumpulkan data dan informasi yang up to date dan lengkap,” ungkapnya.

Selain itu, Dr Sufirmansyah menyampaikan bahwa, pada umumnya permasalahan pada SLB relatif sama, hanya perbedaan pada kualitas dan kuantitas.

“Peserta didik pada setiap SLB relatif sama dengan 5 Jenis Ketunaan Anak Berkebutuhan Khusus, yaitu tuna rungu, tunadaksa, tunagrahita, tunanetra dan autis,” sebutnya.

Sedangkan, kata Dr Sufirmansyah, dari jenjang pendidikan terdapat perbedaan, ada TKLB dan SDLB atau semua jenjang tersedia seperti, TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.

(Foto: Dok. Ist)

Sementara itu, menurut Koordinator Tim Survey Bappeda Aceh, Setiawaty, SKM, MPH, yang juga Kabid Perencanaan Pembangunan Keistimewaan Aceh, Pemerintahan, dan Sumber Daya Manusia (P2KPSDM) menyatakan bahwa, selain sarana dan prasarana responsif ABK harus terpenuhi, diperlukan juga kualitas Tendik/Guru yang professional sesuai Pendidikan khusus pada SLB.

“Untuk itu diperlukan data dapodik, jenis ketunaan dan peralatan ABK. Data-data dukung ini diharapkan dapat menemukan solusi yang tepat untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada,” ujarnya.

Selanjutnya, Dihafana, SE, Ak selaku Koordinator Observasi Tim Survey meminta kepada semua Tim dapat Menggali data yang relevan dan merekapitulasi seluruh data dan informasi sapras, Alat Peraga guru dan peralatan ABK, serta data Dapodik.

“Hal ini diperlukan sebagai data based penyusunan skala prioritas dalam pemenuhan SPM dan SNP di setiap SLB,” jelasnya.

Terakhir, para Tendik/Guru berpesan kepada Tim survei Bappeda Aceh, “Mohon perhatian kepada kami terutama ABK, bahwa mereka pada umumnya memiliki kekurangan, baik fisik dan mental maupun sosial ekonomi karena berasal dari keluarga kurang mampu.

“Para guru siap melakukan pelayanan yang terbaik seperti anak sendiri, siap mengabdi walaupun dalam keterbatasan,” katanya. []

Read more

Local News