NUKILAN.id | Banda Aceh – Sebanyak 223 tenaga kesehatan dari berbagai profesi di Aceh mengikuti webinar bertema “AMR Tantangan Global: Solusi Lokal – Peran Kritis Tenaga Kesehatan di Aceh” pada Kamis (21/11/2024). Acara yang diadakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Banda Aceh ini menjadi momentum penting dalam upaya pencegahan resistensi antimikroba (AMR) yang semakin mengkhawatirkan.
Kepala BPOM Banda Aceh, Yudi Noviandi, menegaskan bahwa sinergi lintas profesi merupakan kunci dalam mengendalikan AMR.
“Kolaborasi antarprofesi sangat penting untuk menghadapi ancaman resistensi antimikroba yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Webinar ini melibatkan dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI), apoteker, bidan, perawat, dan profesi kesehatan lainnya melalui platform Zoom.
Pada sesi pertama, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan, Agusdini Banun Saptaningsih, memaparkan kebijakan nasional terkait pengendalian AMR. Menurutnya, kebijakan tersebut bertujuan menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat infeksi AMR dengan memperlambat penyebarannya.
“Antibiotik memiliki karakteristik unik dibandingkan obat lainnya, sehingga pengelolaannya memerlukan pendekatan khusus. Fokusnya adalah pada optimalisasi penggunaan yang tepat, bukan sekadar pengurangan pemakaian,” jelas Agusdini.
Ika Puspitasari, dosen sekaligus peneliti Farmakologi dan Farmasi Klinis dari Universitas Gadjah Mada, mengingatkan pentingnya peran aktif tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Ia juga menyoroti perlunya pembatasan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter.
“Kolaborasi lintas profesi harus mengedepankan kepercayaan, rasa hormat, dan komitmen tinggi untuk mengelola antibiotik secara bijak,” tegas Ika.
Iman Murahman, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Aceh, membagikan pengalaman Aceh dalam pengendalian AMR. Salah satu langkah penting, menurutnya, adalah meningkatkan literasi masyarakat melalui konten edukatif.
“BPOM Aceh telah memulai langkah ini dengan berbagai pendekatan yang menarik perhatian publik,” kata Iman.
Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSU dr. Zainoel Abidin, Syamsul Rizal, mengungkapkan bahwa penggunaan antimikroba yang berlebihan di sektor manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan menjadi penyebab utama resistensi.
“AMR tidak bisa dihentikan sepenuhnya, tetapi dapat dihambat melalui kerja sama lintas sektoral tenaga kesehatan,” ujar Syamsul.
Diskusi yang berlangsung interaktif sepanjang webinar ini menunjukkan antusiasme peserta untuk meningkatkan pemahaman dan mencari solusi lokal atas tantangan global AMR.
BPOM Aceh berharap kolaborasi lintas profesi yang dibangun melalui kegiatan ini dapat menjadi langkah awal dalam pengendalian AMR di Aceh. Dengan semangat kolaborasi yang tinggi, para tenaga kesehatan diharapkan dapat menerapkan langkah-langkah preventif di fasilitas kesehatan masing-masing.
“Semangat ini menjadi fondasi untuk menciptakan masyarakat Aceh yang lebih sehat dan aman dari ancaman resistensi antimikroba,” tutup Yudi.
Editor: Akil