Saturday, June 22, 2024

18 Mei 1998 Mahasiswa Kuasai Gedung MPR/DPR: Titik Balik Sejarah Indonesia Menuju Reformasi

NUKILAN.id | Jakarta – Sejarah mencatat hari ini sebagai momen penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di tanah air berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI, sebuah aksi dramatis yang menjadi awal dari era Reformasi setelah 32 tahun kepemimpinan Presiden Soeharto yang kontroversial.

Berdasarkan penelusuran digital oleh Nukilan.id, pada hari yang penuh dengan ketegangan tersebut, mahasiswa berunjuk rasa dan menyerukan tuntutan yang tegas: agar Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Aksi ini bukan hanya puncak dari krisis kepercayaan masyarakat terhadap sang pemimpin, tetapi juga sebuah momen penting dalam sejarah negara ini.

Mahasiswa bahkan melakukan aksi duduk di atas atap gedung MPR/DPR RI sebagai bentuk protes. Aksi heroik ini berlangsung selama beberapa hari, menjadi simbol dari semangat perjuangan generasi muda Indonesia. Perjuangan mereka akhirnya membuahkan hasil ketika Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998.

Gelombang peristiwa yang memicu Reformasi 1998 sebenarnya telah berlangsung lama. Salah satu pemicu utamanya adalah penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998. Tragedi ini menyulut kemarahan dan duka yang mendalam di kalangan masyarakat. Dalam suasana berkabung dan penuh amarah, seluruh lapisan rakyat, yang sudah muak dengan kepemimpinan Soeharto, bergerak bersama.

Kekacauan yang terjadi pada 13 dan 14 Mei 1998 di ibukota Jakarta dan beberapa kota lainnya memperparah situasi. Peristiwa ini menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian material yang besar. Kekacauan tersebut semakin menguatkan tekad mahasiswa untuk menuntut pengunduran Soeharto dari kursi kepresidenan.

Tak hanya mahasiswa yang bergerak, sejumlah tokoh masyarakat juga turut serta mendukung gerakan ini. Amien Rais, Ketua PP Muhammadiyah saat itu, bahkan mengadakan pertemuan dengan Komisi II DPR. Dalam pertemuan tersebut, Amien Rais menyampaikan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono X juga siap memimpin long march pada 20 Mei 1998 di Yogyakarta. Long march ini bertujuan untuk menuntut digelarnya Sidang Umum Istimewa MPR dengan agenda penggantian kepemimpinan nasional.

Agenda utama unjuk rasa dan pendudukan gedung MPR/DPR RI pada 18 Mei 1998 adalah memaksa Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden. Mahasiswa bersatu untuk mewujudkan reformasi dalam sistem pemerintahan Indonesia yang saat itu dinilai sangat korup dan merugikan rakyat. Mereka menyampaikan beberapa tuntutan yang dikenal sebagai 6 Agenda Reformasi 1998, yaitu:

1. Mengadili Soeharto dan para pengikutnya.
2. Amandemen UUD 1945.
3. Otonomi daerah seluas-luasnya.
4. Menghapus Dwifungsi ABRI.
5. Menghapus KKN (korupsi, kolusi, nepotisme).
6. Menegakkan supremasi hukum.

Aksi mahasiswa pada 18 Mei 1998 adalah puncak dari serangkaian protes dan demonstrasi yang menggema di seluruh Indonesia. Tekanan yang begitu besar dari masyarakat dan mahasiswa akhirnya memaksa Soeharto untuk mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Pengunduran diri Soeharto menandai berakhirnya rezim Orde Baru dan membuka jalan bagi era Reformasi di Indonesia.

Hari ini, kita mengenang keberanian dan tekad ribuan mahasiswa yang berjuang demi perubahan. Mereka bukan hanya berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI, tetapi juga berhasil mengubah arah sejarah bangsa ini. Aksi heroik pada 18 Mei 1998 akan selalu dikenang sebagai titik balik penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img