Tuesday, May 21, 2024

17 tahun tsunami Aceh; Mencari Jejakmu Saudaraku

Oleh: Nazaruddin, SH
nazarrecht@gmail.com

KETIKA itu matahari pagi di ufuk timur kelihatan begitu cerah. Saya mesti mempersiapkan segala sesuatunya karena lagi ada kerjaan perkerasan jalan di desa_desa dalam kecamatan Tanah Luas. Para sopir truck sudah antri di depan kantor untuk mengambil uang BBM buat operasi pengangkutan galian C untuk pekerjaan pengerasan jalan

Setidaknya ada pulahan truck yang sudah mengantri di jalan Masjid Besar An-Nur Blangjruen. Itulah pagi hari dimana tiba tiba goncangan datang . Bumi rasanya mau terbelah, semua kami keluar dari ruangan berhamburan kejalan sambil ber istifar merasakan apa yang sedang terjadi.

Saya melihat pokok asan dipinggir jalan tidak jauh dari kantor kami bergoyang rasanya mau tumbang. Masih terasa bagaimana gemuruh bumi mengeluarkan suara. Durasi gempa yang panjang dengan kekuatan 9,2. skala richter telah menyebabkan truck- truck yang parkir berjejeran di depan kantor kami saling beradu bertabrakan akibat goncangan yang begitu kuat dan inilah hari, dari satu kisah di tanggal 26 Desember tahun 2004 yang menjadi catatan sejarah baru bagi Aceh kedepannya.

Tidak lama kemudian saya naik motor, rencana mau keliling memantau situasi sekitaran Blangjruen, Nibong simpang Rangkaya. Namun tiba tiba sesampai di depan Masjid Nibong saya melihat beberapa orang sedang berlari sambil berteriak minta tolong “IE RAYA EIT PUCOK BAK U” ( Air banjir setinggi pokok kelapa ). lantas saya menyetop mereka menanyakan kenapa berlari dari mana dan apa yang terjadi. Dengan nafas tersendat sendat mereka mengatakan dari tanah pasir, ditempatnya ada air laut. meluap setinggi pohon kelapa.

Bayangkan jarak dari tempat mereka tinggal dengan Nibong setidaknya ada 15 km. Ini artinya mereka telah berlari sejauh itu tanpa tujuan dengan rasa ketakutan yang luar biasa. Sekilas saja terpikir bahwa apa yang disampaikan adalah TSUNAMI. karena tanah pasir berada dikawasan pesisir pantai Aceh Utara.

Lalu saya langsung balik arah kembali ke kantor bersama adik dan keluarga, anggota kerja dan para sopir truck saya meminta hari ini kita tidak kerja dan semua truck- truck harus berangkat ke Tanah Pasir untuk melakukan pertolongan warga yang disana.

Akhirnya kami bergerak, sasaran saya adalah beberapa gampung yang menjadi tempat hunian saudara kami seperti Mns. Keutapang tanah pasir dan Sawang Geudong. Namun belum sampai ketujuan truck-truck kami sudah kandas duluan disekiran pasar tanah Pasir, karena kedepannya sudah tidak mungkin dilewati akibat banjir tsunami yang belum surut .

Akhirnya kami jalan kaki mengarungi banjir dan dari informasi yang kami dapat bahwa desa yang paling parah adalah sawang karena letaknya langsung dengan pinggir pantai.

Alhamdulillah dalam pencarian ini sebagian dari keluarga kami masih ditemukan selamat dan lansung kami evakuasi ke Mns. Ampeh Tanah luas sebagai tempat tinggal sementara. Beberapa anggota keluarga lain baru kami temukan 2 dan 3 hari kemudian dalam kondisi sudah meninggal yang kemudian kami evakuasi juga ke Mns. Ampeh guna di sholatkan dan dikebumikan di tempat pemakaman keluarga di Blangjruen , karena di Gampong mereka sudah tidak mungkin lagi dengan kondisi rumah hancur dan masih tergenang banjir, dimana selanjutnya kami membuka posko penampungan keluarga sementara di rumah mamak.

Setelah semua jenazah saudara kami temukan di Gampong Sawang, hari ketiga beberapa diantara kami menuju Banda Aceh untuk mencari jejak saudara disana. Beberapa alat berat termasuk buldozer, kami kirim ke banda melihat kondisi di banda aceh yang sangat parah dari berita media yang beredar. Sementara saya harus tinggal mengurus saudara yang ngungsi di rumah mamak dan pekerjaan dilapangan.

Akhirnya satu unit Buldozer yang dibawa oleh adik saya membersihkan halaman Masjid Raya dan kawasan sekitarnya Padangan yang memilukan dengan wajah wajah orang yang penuh duka terlihat begitu banyak manyat yang bergelimpangan di jalan jalan tanpa terurus.

Masing masing warga tampak sibuk mencari keluarganya ditengah kota yang hancur dipenuhi lumpur dan semak semak bekas reruntuhan bangunan. Tak ada kata yang dapat terucap yang terlihat hanyalah air mata dan Isak tangis dari mereka yang masih selamat.

Akhirnya adik saya menuju Lambaro skep untuk mencari saudara disana dan Kampung Tibang yang dulu sempat satu SMA di Lampineung . Menyisir sepanjang lamdingin masjid lambaro skep dan masjid lingke karena ada banyak jenazah disana yang telah di evakuasi warga semantara ipar saya menuju arah bitai untuk mencari keluarga abang kandungnya.

Pencarian juga menuju tempat pengungsian di Lambaro Kaphe sampai beberapa hari namun yang kami cari tidak juga Allah pertemukan. Semantara ipar saya mendapat berita dari adiknya bahwa dia telah menemukan satu orang anak dari abang nya yang terbawa arus dalam kondisi luka luka di atap rumah warga.

Allah sangat maha kuasa, hasil pencarian kami dari dua arah tersebut. Dari saudara yang dilambaro skep almhadulillah selamat semua , yang di Tibang hanya tersisa suami dan seorang anak. Sementara ipar saya hanya menemukan seorang anak laki laki yang terdampar di atap rumah warga sebagai generasi penerus kedepan.

Hari-hari di Banda pada saat itu begitu sulit, susahnya mendapatkan air bersih buat mandi, wudhuk, minuman dan makanan menjadi bagian dari masalah tersendiri, walau kadangkala tanpa terasa dengan kondisi yang ada selera untuk makan pun telah hilang.

Suwasana kota Banda Aceh yang hancur hari- hari selanjutnya mulai dimasuki berbagai relawan untuk mengevakuasi ratusan ribu jenazah korban bencana akibat gempa dan tsunami yang dahsyat melanda Aceh bahkan Asia.

Dan hari ini 26 Desember 2021. DPD Demokrat Aceh yang dipimpin Oleh Bapak Muslim SHI,MM bersama kader dan Ustad Masrul Aidi.Lc. melakukan Zikir dan Do’a bersama termasuk kita semua ditempat masing masing memperingati 17 tahun waktu tsunami yang telah berlalu. Dan tentu begitu banyak kisah pilu lainnya pada masa itu yang dialami oleh saudara saudara kita yang lain bahkan dengan kondisi yang begitu memilukan.

Teriring doa kepada semua mereka para syuhada korban tsunami yang telah mendahului kita, semoga Allah tempatkan disisiNya yang paling mulia. Aamiiinnn

Penulis adalah Advokat di Aceh Utara

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img