Sunday, May 19, 2024

Warung Kopi Kubra: Legenda Kopi Aceh di Tengah Warung Kopi Modern

NUKILAN.id | Banda Aceh – Di tengah semakin menjamurnya warung kopi modern dengan dekor futuristik di Banda Aceh, terdapat sebuah tempat yang menghadirkan nostalgia sekaligus kenikmatan kopi yang tak terlupakan. Warung kopi Kubra, yang terletak di Jalan Teuku Iskandar Beurawe, Kuta Alam, Banda Aceh, telah menjadi pusat perhatian para pecinta kopi baik dari kalangan tua maupun muda.

Dengan suasana yang sederhana namun mengundang, Kubra menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi wisatawan yang penasaran dengan keaslian dan sejarah kopi Aceh. Dipengaruhi oleh slogan Banda Aceh sebagai daerah ‘seribu satu warung kopi’, Kubra telah menjadi ikon dalam dunia pariwisata Aceh.

Dari informasi yang diperoleh Nukilan.id, Warung ini didirikan pada saat yang hampir bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Warung ini awalnya dikenal dengan nama Kedai Kopi Cut Zain, merujuk pada pemiliknya, Muhammad Zain Sulaiman, yang lebih dikenal dengan sebutan Cut Zain.

Namun, seiring berjalannya waktu, warung ini telah tumbuh menjadi lebih dari sekadar tempat ngopi. Dari sini, warung kopi Cut Zain mulai dikenal dengan sebutan Kubra, yang merupakan kependekan dari Kopi Beurawe.

Menariknya, Kubra tidak hanya menjadi tempat untuk sekadar ngopi, tetapi juga sebagai wadah sosial bagi para penikmat kopi. Forum Silaturahmi Penikmat Kopi Beurawe (Forsilakubra), yang terbentuk sejak 2011, menjadi ajang berkumpul dan berbagi di antara para pecinta kopi.

Sajian kopi coklat di warung kopi Kubra. (foto: Nukilan)

Saat Nukilan.id mengunjungi Kubra, suasana ramai dengan aroma kopi yang menggoda. Beberapa pengunjung setia berbagi pengalamannya.

“Saya datang ke Kubra bukan hanya untuk kopi yang enak, tetapi juga untuk merasakan atmosfer yang autentik dan nilai historis yang kuat,” kata Dian Kepada Nukilan.id pada Senin (6/5/2024) pagi.

Sekilas, warung ini mungkin terlihat sederhana, dengan meja bundar dan kursi plastik sebagai perabotannya. Namun, aroma kopi yang menggoda dan rasa yang khas membuatnya selalu ramai pengunjung. Proses penyeduhan kopi yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan saringan dan gayung aluminium menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, baik wisatawan maupun warga lokal.

Ali, seorang pengunjung dari luar kota, mengungkapkan alasan mengapa Kubra menjadi pilihannya.

“Saya penasaran dengan proses penyaringan kopi tradisional yang menjadi daya tarik di sini. Rasanya sangat berbeda dan otentik,” ujarnya sambil menikmati segelas kopi.

Meskipun tidak dilengkapi dengan fasilitas modern seperti WiFi atau AC, Kubra tetap memikat hati para pengunjung dengan sentuhan hangat dari kipas angin tua yang menggantung di langit-langitnya. Cermin-cermin besar yang menempel di dinding warung memberikan kesan luas dan terbuka, menciptakan suasana yang nyaman untuk menikmati secangkir kopi sambil berbincang dengan teman-teman.

“Ngopi di sini membawa kita bisa melihat perjalanan sejarah. Dari foto-foto klasik zaman kolonial Belanda hingga puisi-puisi indah di dinding,” ujar Zikri, seorang pengunjung lainnya.

Dengan segala keunikannya, warung kopi Kubra terus berkembang dan mendapat tempat di hati para pecinta kopi di Aceh dan bahkan di luar Aceh. Kini, dengan kepemimpinan generasi baru, warung ini siap menyambut para pengunjung dengan hangat dan menyajikan pengalaman ngopi yang tak terlupakan.

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img