Friday, May 3, 2024

Kejahatan Kebencian Terhadap Orang Asia-Amerika di AS Meningkat

Nukilan.id – Seorang imigran lansia (lanjut usia) asal Thailand meninggal setelah didorong hingga jatuh. Wajah seorang keturunan Filipina-Amerika disayat dengan pisau. Seorang perempuan China ditampar dan kemudian dibakar.

Ini hanyalah contoh serangan kekerasan baru-baru ini terhadap orang Asia-Amerika, yang menjadi bagian dari lonjakan pelecehan sejak dimulainya pandemi setahun yang lalu di Amerika Serikat.

Dari diludahi dan dilecehkan secara verbal hingga insiden penyerangan fisik, ada ribuan kasus yang dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir.

Para pendukung dan aktivis mengatakan ini adalah kejahatan rasial, dan sering dikaitkan dengan retorika yang menyalahkan orang Asia atas penyebaran Covid-19.

Baca juga: Tiongkok Bangkit, Nilai Ekspor Tumbuh 150%

Apa yang terjadi di AS?
FBI (Biro Penyelidik Federal) memperingatkan pada awal wabah Covid-19 di AS bahwa mereka memperkirakan akan terjadi lonjakan kejahatan rasial terhadap orang-orang keturunan Asia.

Data federal kejahatan kebencian untuk tahun 2020 belum dirilis, meskipun demikian, kejahatan kebencian pada tahun 2019 diketahui berada pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

Akhir tahun lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan yang merinci “tingkat yang mengkhawatirkan” dari kekerasan bermotif rasial dan insiden kebencian lainnya terhadap orang Asia-Amerika.

Sulit untuk menentukan jumlah pasti untuk kejahatan dan kasus diskriminasi semacam itu, karena tidak ada organisasi atau lembaga pemerintah yang melacak masalah ini dalam jangka panjang, dan standar pelaporan dapat berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain.

Kelompok advokasi Stop AAPI Hate mengatakan menerima lebih dari 2.800 laporan insiden kebencian yang ditujukan pada orang Asia-Amerika secara nasional tahun lalu. Kelompok tersebut menyiapkan alat pelaporan mandiri online pada awal pandemi.

Penegakan hukum setempat juga memperhatikan insiden-insiden serupa: gugus tugas kejahatan rasial Kota New York menyelidiki 27 insiden pada tahun 2020, angka yang meningkat sembilan kali lipat dari tahun sebelumnya. Di Oakland, California, polisi telah menambahkan patroli dan mendirikan pos komando di Chinatown.

Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah selebriti dan influencer telah angkat bicara setelah beberapa insiden yang mengganggu menjadi viral di media sosial.

Berikut beberapa serangan yang baru-baru ini dilaporkan:

  1. Seorang imigran Thailand berusia 84 tahun di San Francisco, California, meninggal bulan lalu setelah didorong dengan kasar hingga jatuh saat jalan pagi.
  2. Di Oakland, California, seorang senior berusia 91 tahun didorong ke trotoar dari belakang.
  3. Seorang perempuan China berusia 89 tahun ditampar dan dibakar oleh dua orang di Brooklyn, New York.
  4. Seorang asing di kereta bawah tanah New York menyayat wajah penumpang Filipina-Amerika berusia 61 tahun dengan pisau pemotong kerdus.
  5. Sejumlah karyawan restoran Amerika Asia di Kota New York mengatakan kepada New York Times bahwa mereka sekarang selalu pulang lebih awal karena takut akan kekerasan dan pelecehan.
  6. Seorang pemilik toko daging keturunan Asia-Amerika di Sacramento, California menemukan seekor kucing mati – kemungkinan besar ditujukan untuknya – tertinggal di tempat parkir toko; polisi sedang menyelidikinya sebagai kejahatan rasial.
  7. Sebuah keluarga Amerika keturunan Asia yang merayakan ulang tahun di sebuah restoran di Carmel, California, dimarahi dengan ejekan rasis oleh seorang eksekutif teknologi pendukung Trump.
  8. Beberapa pemilik rumah keturunan Asia-Amerika mengatakan bahwa mereka telah dilecehkan dengan penghinaan rasial dan dilempar batu ke rumah mereka.

Bagaimana situasi di California?
Lebih dari enam juta orang Amerika keturunan Asia tinggal di negara bagian California, menurut perkiraan populasi terbaru, dan itu merupakan angka paling tinggi di wilayah AS mana pun.

Mereka membentuk lebih dari 15% penduduk di negara bagian tersebut.

Virus corona menghantam negara bagian itu dengan keras dan juga merupakan salah satu wilayah yang paling dulu terpukul, hingga menghentikan aktivitas di perkotaan dan kegiatan bisnisnya yang ramai. Virus ini telah merenggut lebih dari 50.000 nyawa orang California.

Dari Maret hingga Mei 2020 saja, lebih dari 800 insiden kebencian terkait Covid dilaporkan dari 34 kabupaten di negara bagian itu, menurut laporan yang dirilis oleh Dewan Perencanaan Kebijakan Asia Pasifik.

Angka-angka itu terus meningkat di Orange County, di mana insiden kebencian anti-Asia naik sekitar 1200%, menurut Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme.

Di wilayah tetangga Los Angeles County, kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika naik 115%, CBS News melaporkan.

Baca juga: Militer Myanmar Bebaskan Ribuan Demonstran yang Ditahan

Bagaimana reaksinya?
Para pendukung orang Asia-Amerika mengatakan kekerasan dapat dikaitkan dengan meningkatnya sentimen anti-Asia di AS.

Beberapa orang secara langsung menyalahkan retorika anti-China dari mantan Presiden Donald Trump, yang sering menyebut pandemi sebagai “virus China” atau “kung flu”.

Selama pekan pertamanya menjabat, Presiden Joe Biden menandatangani tindakan eksekutif yang pada dasarnya melarang penggunaan bahasa semacam itu di dalam pemerintah federal.

Namun, dengan Demokrat sekarang mengendalikan kedua bagian Kongres, anggota parlemen dan aktivis menyerukan lebih banyak perhatian dan sumber daya yang ditujukan untuk masalah ini.

Anggota Kongres California, Judy Chu, ketua Kaukus Asia Pasifik Amerika, menyebut insiden baru-baru ini sebagai “titik krisis” bagi masyarakat.

Dia dan anggota parlemen lainnya mendorong Departemen Kehakiman AS untuk memperluas upaya untuk melaporkan, melacak, dan menuntut kejahatan rasial.

Di tingkat negara bagian, anggota parlemen California mengalokasikan $ 1,4 juta (Rp 19.9 miliar) dari dana negara bagian untuk memperluas pengumpulan data, inisiatif advokasi, dan sumber daya bagi para korban.

Di lapangan, ada lebih banyak upaya lokal untuk memerangi kebencian juga.

Di Orange County, para sesama tetangga turun tangan untuk membantu keluarga Asia-Amerika setelah sekelompok remaja berulang kali menargetkan mereka selama berbulan-bulan dan bantuan polisi terbatas. Para tetangga keluarga itu sekarang berjaga di luar rumah mereka setiap malam, menurut laporan Washington Post.

Mengapa ini terjadi?
Insiden ini paling tepat dijelaskan berupa “kelalaian secara luas” atas orang Asia-Amerika dalam percakapan budaya, menurut Amanda Nguyen, seorang aktivis dan pendiri organisasi nirlaba hak-hak sipil Rise.

Meskipun populasi Asia tumbuh lebih cepat daripada kelompok besar lainnya dalam sensus AS terakhir, cerita komunitas tidak diliput secara luas di media dan kekhawatiran yang ada tidak disurvei oleh partai politik, kata Nguyen kepada BBC.

Beberapa badan federal bahkan tidak memasukkan komunitas Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik dalam definisi mereka tentang ras minoritas, catatnya.

Nguyen mengatakan bahwa orang-orang yang menyerang Asia-Amerika sejak pandemi dimulai “tidak dapat benar-benar membedakan dan tidak peduli apakah kami X, Y atau Z”.

“Mereka telah menjadikan kami kambing hitam untuk melakukan kekerasan mereka.”

Bagi Nguyen, semakin banyak sorotan yang diterima terkait kejahatan anti-Asia, semakin baik. Dia mencatat bahwa undang-undang dapat membantu menyelesaikan masalah, tetapi AS juga membutuhkan perubahan budaya.

“Kami berada dalam momen penting sekarang,” tambah Nguyen. “Kami telah dihapus secara sistematis di setiap tingkatan dan orang-orang dapat mulai memerangi masalah itu dengan mendidik diri mereka sendiri tentang kami.”
Sumber: detik.news
Baca juga: Warga Thailand dan Vietnam Segera Dievakuasi dari Myanmar

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here