Friday, May 3, 2024

GeRAk Aceh Kritik Akademisi Aceh Diam di Tengah Ancaman Demokrasi

Nukilan.id  – Program Officer GeRAk Aceh, Destika Gilang Lestari, menyuarakan kekecewaannya terhadap sikap akademisi di Aceh yang dianggap terlalu pengecut untuk bersuara terkait kondisi runtuhnya demokrasi saat ini. 

Hal tersebut disampaikannya usai pembacaan pernyataan sikap atas ancaman runtuhnya demokrasi menjelang pemilu yang digelar Gerakan Orang Muda, Disabilitas, dan Perempuan Aceh di Warkop Sekber Jurnalis, Banda Aceh, pada Senin 5 Februari 2024. 

Menurutnya, seharusnya akademisi Aceh menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kebenaran, mengingat sejarah perjuangan Aceh yang tidak pernah surut.

“Sekarang akademisi di Aceh semuanya diam, tidak ada yang ngomong. USK dan UIN Ar-Raniry kampus terbesar akademisi tidak ngomong. Malu kita dengan 29 kampus yang sudah ngomong tentang kondisi rusaknya demokrasi,” ungkap Destika

“Kami merasa malu dengan sikap diam akademisi. Apakah mereka merasa terancam atau ada proyek-proyek tertentu yang tidak berjalan sesuai harapan mereka? Ancaman-ancaman apa yang membuat mereka berdiam diri? Ini yang membuat kami prihatin dan sedih,” Lanjutnya.

Destika juga menyoroti bahwa sebagai orang-orang yang memiliki tingkat keilmuan tinggi, seharusnya akademisi menjadi penjaga nilai-nilai demokrasi. Keterlibatan mereka diharapkan mampu memberikan arahan dan pandangan yang mendalam terkait situasi politik saat ini.

“Mereka seharusnya menjadi penggerak, bukan hanya mengamati dari kejauhan. Bagaimana kita bisa mempertahankan nilai-nilai demokrasi jika mereka yang memiliki pengetahuan tidak bersuara?” tandasnya. []

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img