Saturday, May 18, 2024

Festival Ornamen Aceh Tampilkan Berbagai Peninggalan Sejarah Peradaban Masa Lampau

Nukilan.id – Komunitas Laboratorium Seni Aceh Rakitan bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) membuka Festival Ornamen Aceh (FOA) 2023 untuk pertama kalinya yang berlangsung di Museum Tsunami, Banda Aceh mulai tanggal 10-13 Juni 2023.

Inisiator Festival Ornamen Aceh, Iskandar, mengatakan kegiatan itu untuk melestarikan dan mendokumentasikan ornamen Aceh yang hampir punah seperti berbagai ragam seni rupa yang dipamerkan pada FOA kali ini. Hal tersebut dapat ditemui dari jenis barang peninggalan sejarah seperti batu nisan, peralatan dapur, peralatan perang, fashion hingga arsitektur.

Baca Juga: Disbudpar dan Seniman Aceh Kolaborasi Sukseskan PKA Ke-VIII

“Disini kita banyak menampilkan berbagai hasil seni khususnya seni rupa yang memiliki sejarah tentang Aceh,” kata Iskandar saat diwawancarai Nukilan.id, Senin (12/6/2023).

Iskandar menyampaikan, bahwa kegiatan FOA 2023 ini mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, khususnya para seniman, penggerak seni, komunitas atau organisasi dan masyarakat.

“Terdapat beberapa barang yang memang harus kita pinjam dan juga kita didukung berbagai komunitas yang dikonfirmasi memiliki barang-barang seni khususnya seni rupa seperti ISBI, Organisasi disabilitas dalam bidang seni, sanggar dan lainnya,” ujarnya.

Menurutnya, pada kegiatan FOA 2023 ini komunitas Laboratorium Seni Aceh Rakitan menggunakan konsep keberagaman dengan menampilkan ornamen-ornamen seni yang memiliki kilas sejarah dari seluruh wilayah di Aceh.

Batu Nisan Peninggalan Sejarah di Festival Ornamen Aceh. (Foto: Nukilan/Azril)

“Karena kita mengangkat konsep kebudayaan. Jadi, kita menampilkan banyak jenis ornamen tentang seni dan history Aceh, kita ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa ornamen di Aceh itu beragam maka mereka harus mengakui bahwa bicara tentang Aceh, itu bicara tentang keberagaman,” pungkasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, konsep keberagaman dari ornamen seni memperlihatkan bahwa di Aceh tidak hanya berfokus pada satu jenis seni saja. Dikarenakan, terdapat distorsi kebudayaan di tengah-tengah masyarakat yang menganggap bahwa ornamen di Aceh bersifat tunggal, namun pada hakikatnya tidak demikian.

“Kita selalu terjebak didalam distorsi kebudayaan adanya anggapan bahawa ornamen di Aceh merupakan bentuk lokalitas padahal itu Internasionalitas,” jelasnya.

Ia menambahkan, bahwa dalam sejarahnya segala jenis ornamen yang ada di Aceh sangat dipengaruhi perkembangan serta penyebaran islam ditambah lagi adanya berbagai seniman dari mancanegara seperti Arab, Persia, Yaman, Turki, India dan China datang ke Aceh dengan membawa keberadaban ditengah-tengah masyarakat.

Peninggalan Sejarah di Festival Ornamen Aceh. (Foto: Nukilan/Azril)

“Kalau berbicara sejarah tidak terlepas dari sejarah perkembangan islam di Aceh yang mana hal itu dipengaruhi karena banyaknya orang-orang luar negeri yang mengunjungi Aceh dimasa lalu jadi sangat mempengaruhi banyak hal salah satunya peninggalan sejarah dan seni,” tambahnya.

Selanjutnya, Iskandar mengungkapkan, jenis ornamen yang ditampilkan terbuat dari berbagai bahan mulai dari kayu, batu, kain, dan lain sebagainya hasil karya dari orang-orang dimasa lalu.

“Ada banyak material yang digunakan pada ornamen peninggalan ini dengan teknik pembuatan yang bermacam-macam pula,” ungkapnya.

Sementara itu, ia menuturkan, bahwa pengunjung yang datang untuk menyaksikan festival seni tersebut sangat antusia terkhusus kaum milenial dan pelajar.

“Pengunjugnya alhamdulillah banyak yang datang seperti ibu-ibu, kaum milenial, pelajar, komunitas dan lainnya,” tuturnya.

Terakhir, dirinya berharap, agar kegiatan festival seni ini dapat terus berlanjut dan menjadi program tahunan untuk menampilkan bahwa Aceh punya perjalanan dan kilas sejarah yang memang kompleks dari waktu ke waktu serta semakin meingkatnya antusiasme masyarakat untuk memperlajari tentang seni, budaya dan sejarah Aceh. [Azril]

Baca Juga: Sanggar Cut Nyak Dhien Diharapkan Dapat Lestarikan Seni dan Budaya

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img