Monday, May 6, 2024

Tiga Faktor Penyebab Kekerasan Seksual, Ini Penjelasan The Aceh Institute

Nukilan.id – Direktur The Aceh Intitute, Fajran Zain menjelaskan, ada tiga faktor penyebab kekerasan seksual terus terjadi di Aceh, yaitu faktor individual, sosial dan narkoba. Pertama, Factor individual menurut analisis, bahwa seseorang bertindak agresif itu ketika dia berada dalam kondisi yang frustasi, kemudian agresifitas itu ditujukan untuk orang atau kelompok yang berada dalam posisi yang lebih lemah darinya.

“Belakangan ini banyak orang frustasi marah pada system, pada sikap politik pemerintah, pada kebijakan yang diskriminatif, sehigga menjadikan mereka bertindak agresif dan ditujukan kepada siapapun yang menurutnya lemah dan sayangnya perempuan adalah target yang dianggap lemah,” terang Fajran kepada Nukilan.id di Banda Aceh, Sabtu (25/12/2021).

Sebenarnya, kata dia, ini adalah sisa-sisa konflik masyarakat yang hidup di Aceh yang usianya 30-an ke atas yang mengalami konflik dan menjadi bagian dari karakter terbangun masuk dalam bawah sadar mereka sehingga mereka menjadi pribadi otoriter.

“Kedua faktor sosial, selama adanya pandemi Covid-19 masyarakat sering ter-ekspos di dunia maya, apalagi anak-anak kita hari ini belajarnya secara online dan kita semua tidak tau apa yang akan muncul di dunia maya ini. Mungkin ada tayangan atau iklan yang negatif, sehingga mengganggu mata dan pikiran mereka, sehingga ini menjadi pemicu bagi dia untuk mempraktekkannya,” ungkapnya.

“Seperti dalam teori belajar sosial, dikatakan bahwa kita belajar apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, maka terpancing bagi mereka untuk mempraktekkannya,” tambah Fajran.

Kemudian ketiga, kata dia, factor narkoba, ada hubungan yang sangat signifikan antara narkoba dan kekerasan seksual ataupun Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), karena pengguna narkoba itu system otak depannya yang digunakan untuk berpikir sudah tidak normal lagi, makanya mereka mudah melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.

“Oleh karena itu, solusi yang harus kita lakukan adalah memberikan edukasi bagi keluarga, harus banyak waktu untuk mendampingi anak-anaknya dan orang tua juga harus menjadi model bagi anaknya. Kemudian kontrol masyarakat juga harus dipertingkat, pendidikan, pemahaman agama, dan penegakan hukum harus lebih tegas,” tutup Fajran.

Untuk diketahui, dalam sebuah penelitian Fajran Zain tentang “Perubahan Kepribadian Otoriter” ada 9 ciri perubahan otoriter yang salah satunya adalah mengalami kelainan seksual yaitu melakukan kekerasan seksual pada anggota keluarga sendiri atau pada korban-korban perempuan yang menurutnya ada kesenangan ketika melakukan praktek dominasi, jadi bagi mereka kenikmatan seksual itu didapat ketika dengan kekerasan dan pemaksaan yang mempertontonkan kekuasaannya di atas tubuh orang. []

Reporter: Hadiansyah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img