Friday, September 20, 2024
1

Stunting Bisa Menyebabkan IQ Menurun, Loh Kok Bisa?

Nukilan.id | Banda Aceh – Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Sederhananya, stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak. Penyebab utama dari stunting adalah kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak. Perlu diketahui bahwa tidak semua balita pendek itu stunting sehingga perlu dibedakan oleh dokter anak, tetapi anak yang stunting pasti pendek.

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Menanggapi soal stunting, dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A (K) adalah seorang Dokter Spesialis Anak yang berpraktik di Rumah Sakit Manyar Medical Centre mengatakan, prinsipnya adalah mengikuti tren pertumbuhan yang tidak baik yang jika dibiarkan akan terjadi terus menerus. Yang bisa dilihat sejauh ini, yaitu pastikan pengukuran panjang atau tinggi badannya sesuai dan akurat, kemudian diplot di kurva WHO. Kalau sudah di bawah -2 standar defisiasi itu namanya stunted. Nah, sebenarnya yang menentukan stunting atau tidak adalah dokter spesialis anak. Kalau di puskesmas saat pengukuran memang sudah gejala stunting, itu langsung dirujuk ke spesialis anak saja.

Ia juga menyampaikan, stunting ini bukan berhenti di pendek tubuh saja, tapi nantinya akan berpengaruh di IQ juga yang menurun. Kemudian akan menurunnya aspek kognitif, mengganggu performa saat anak bersekolah, dan menurunkan durasi pendidikan. Penelitian juga menyebutkan, anak stunting ini lebih sedikit kemungkinannya untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, stunting juga bisa menurunkan daya tahan tubuh. Jadi anak akan lebih sering sakit-sakitan. Stunting juga di masa dewasanya di akan menurunkan pendapatan perkapita pada saat anak itu sudah bekerja karena produktivitasnya akan menurun. Otomatis pendapatan perkapitanya juga akan menurun.

“Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang dulunya stunting ternyata pada saat dewasa sebagai pekerja kasar,” ucapnya dalam kanal youtube Nikita Willy Official yang dikutip Nukilan.id, Selasa (30/7/2024).

Ia menyebutkan, stunting ketika dewasa juga akan meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan lainnya. Jangka pendek dan jangka panjang pun ada dampaknya. Stunting terjadi di usia 5 tahun, terlebih lagi di 1000 pertama dalam kehidupan, sejak janin dari dalam kandungan sampai ia berusia 2 tahun. 1000 hari pertama dalam kehidupan ini sedemikian pentingnya sampai seringkali disebut sebagai critical period atau window opportunity. Artinya, terjadi pertumbuhan atau perkembangan organ tubuh yang paling pesat apabila dibandingkan dengan kelompok usia setelahnya, termasuk organ otak dan 80% otak kita sekarang itu sebetulnya sudah terbentuk di usia 2 tahun pertama.

“Jadi, karena sunting kekurangan gizi yang berkepanjangan, otak kurang asupan, tentunya akan mengakibatkan fungsi otak yang menurun tadi,” jelasnya lagi.

Mungkin gak anak baru lahir itu stunting? Mungkin karena stunting berdasarkan literatur 11,2% terjadi intrauterin artinya di dalam kandungan, sedangkan 60,6% terjadi sejak lahir sampai berusia 2 tahun, dan 28% terjadi di usia 5 tahun. Penyebabnya, bisa jadi dalam kandungan, entah ibunya tidak sehat atau nutrisinya kurang bagus.

Reporter : Auliana Rizky

spot_img
spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img